Perniagaan yang Menyelamatkan

Pengajian Rutin Tahunan dan Haflah Ikhtitamiddurus PP Riyadlul Jannah yang dilaksanakan pada hari Kamis 8 April 2021,  diselenggarakan dengan cukup sederhana karena masih dalam suasana pandemi covid 19.  Acara dikemas seperti pengajian rutin Ahad Legi tanpa ada penampilan kreasi santri.

Dalam acara tersebut hanya diisi dengan pembacaan nasyid dan maulid serta dua tausiyah oleh KH Muzani Fahmi pengasuh ATTIN dan Abuya KH Mahfudz Syaubari.

Dalam tausiyahnya KH Muzani Fahmi mengutip sebuah hadits yg diriwayatkan Imam Bukhori dari Ummil Mukminin, bahwa Siti Aisyah salah istri Rosulullah, merasa cemburu terhadap siti Khodijah karena  namanya sangat sering disebut oleh Rosulullah, padahal Siti Aisyah sendiri tidak pernah bertemu dengan Siti Khodijah. 

Tapi kecemburuan Siti Aisyah terhadap Siti Khodijah bukan karena namanya sering disebut oleh Rosulullah. Tapi karena besarnya pengorbanan Siti Khodijah untuk membantu perjuangan dakwah Rosulullah. Siti Khodijah rela mengabiskan hartanya untuk perjuangan agama Islam walaupun semula Siti Khodijah adalah konglomerat di Jazirah Arab.

Sementara Abuya KH Mahfudz Syaubari mengutip surat As Shof ayat 10 – 11 beliau menjelaskan bahwa orang berniaga tentu ingin mendapatkan keuntungan, syukur berlipat ganda. Tak ingin rugi, serupiah juga. Karena banyak yang sudah dilakukan, mulai dari modal, tenaga, waktu dan sumber daya lainnya.

Dari keuntungan itu, tentu dapat digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, keperluan pendidikan, kesehatan, hingga hiburan. Selamat dari kekurangan, minta-minta dan berhutang.

Namun, ada perniagaan yang jauh lebih hebat keuntungannya dari sekedar berniaga seperti pada umumnya, yaitu berniaga dengan Allah, berbisnis dengan Allah.

Wujud dari berniaga dengan Allah adalah jihad dengan harta dan jiwa. Disebutkan harta terlebih dahulu, karena umumnya nafsu manusia merasa takut kehilangan harta. Harta yang dikumpul-kumpulkannya, harta yang susah-payah dicarinya, harta yang kerja keras siang malam sepanjang hayat diubernya. Seolah itu harta dirinya. Padahal semua pemberian Allah semata.

Jika dengan harta saja masih takut, bagaimana ia akan mengorbankan jiwanya?